PERJALANAN TESIS-SIDANG (SECUIL CERITA DARI PSIKOLOGI UGM)

 Halo manteman online!

Akhirnya bisa nulis cerita per-tesis-an ini!

Jadi saya mulai tesis sejak bulan Februari 2019an ya. Saat itu sambil nunggu ploting pembimbing dari fakultas. Dari awal memang saya sudah menargetkan Pak Galang Lufityanto, Ph.D sebagai pembimbing dan beliau menerima saya menjadi anak bimbingannya. Alasan kenapa memilih beliau karena memang bidang kajiannya sesuai dengan penelitian saya, orangnya pinter, mudah ditemui, dan sat-set-sat-set hehehe. Paling penting juga beliau sungguh suportif! sampek ngerasa diri ini bodoh banget gatau apa-apa gitu :(

Bimbingan terus tiada lelah revisian (pernah kendor tapi pepet lagi) sampek kayak macem anak skripsian kan kalo ngesave file judulnya dikasih embel-embel "bismillah fix", "final fix fixxxx", "pasti acc" dsb hahahaha ya begitulah, namanya juga belajar kan. Terus segera membereskan Bab 1-3 biar bisa seminar proposal. Jadi sebulan setelahnya, sekitar pertengahan Maret saya seminar proposal. Ga takut? takut lah sist masa engga. Makin panik saat tahu kalau pengujinya Prof. Dr. Thomas Dicky Hastjarjo dan Pak Rahmat Hidayat, Ph.D (mantep ga tuh satunya pakar eksperimen, satunya pakar di bidang penelitian yang sedang saya kerjakan, plus kritis banget). Mana waktu itu Pak Galang dan beberapa temen malah nakut-nakutin karena bisa aja dibabat habis di ruang ujian, kan panik. Tapiii ya bagaimana lagi, yang perlu kamu lakukan adalah menghadapinya Rinanda (batinku). 

Setelah mendapatkan feedback ini itu sempet down dan berpikir "ini bakal kelar ga ya" tapi selalu ada momen untuk bangkit lagi dan mulai mengerjakan revisi plus siap-siap pilot study dulu nyiapin ini itu baru ambil data. Untuuung punya temen pada baik-baik dan mendukung banget (makasih ya gaes! luv <3). Mungkin yang penelitiannya eksperimen paham yaa ribetnya mengontrol variabel ini itu, minjem alat ini itu, dan minjem tempat karena waktu itu saya penelitiannya di Gelanggang Mahasiswa UGM. Pas pilot study ini bener-bener jadi orang yang senantiasa suudzon sama penelitian sendiri hahaha yaa tujuannya biar ga ada yang kelewat, karena kalo penelitian eksperimen ada tahap yang kelewat/salah di persiapannya ya ngulang lagi wey! Waktu hari kesekian ambil data (saya ambil data sekitar bulan April sebelum bulan puasa) ada kabar kakek saya meninggal dunia. Akhirnya, menyempatkan pulang ke Malang dan besoknya balik lagi ke Jogja. 


(Secuil dokumentasi pas ambil data)

Proses ambil data berjalan lancar (terima kasih mantemanku yang menjadi eksperimenter). Mulai olah data, analisis statistik, dan nulis Bab 4-5. Siap-siap seminar hasil kan, tapi pembimbing minta laporan saat seminar hasilnya langsung dalam bentuk manuskrip artikel jurnal berbahasa Inggris. Yasudah ndang digarap! PUSING? Banget! Sesi ngelembur di Dunkin Donnut Jakal sampai jam 3 pagi udah kaya habit. Kalo nggak ke DD ya sesi Homi (ini cafe di Jogja yang juga jadi saksi lembur tesis). RIP boyok! Fresh care dan Hot Cream udah jadi pertolongan pertama mahasiswa ini. Belum lagi drama-drama percintaan masa muda menambah riuhnya kehidupan ini #tsaahhhh (ya kan aku juga manusia kayak kalian yang melalui fase-fase macem ini huehehehe).

Setelah seminar hasil, revisi sekali lagi dan UJIAN SIDANG! Ini sesi yang ditunggu kan yaa, hari penentuan. Sengaja banget hari itu saya pakai baju yang saya pakai saat hari pertama kali kuliah (dasar melankolis). Deg-deg ser karena gabisa tidur sampai jam 3an pagi. Mana ada drama laptop mati total 2 jam sebelum ujian. Astagfirullah. Untung back up dan Mbak Renyta meminjamkan laptopnya buat ujian (matur nuwun Mbak Ren!). Setelah pemaparan ini itu, akhirnyaaa dinyatakan LULUS! Terima kasih Pak Galang, Prof. Dicky, dan Pak Rahmat. Ah happy sekaliii ditambah dengan adanya teman-teman yang dateng hari itu. Makasih yaa rek! Habis itu foto-foto yaa sama penguji dan pembimbing, lanjut mandatory photo di beberapa spot ikonik fakultas. Yaa kurang lebih begitulah cerita tesis-sidang kali ini. Semuanya terlihat mudah kalau udah selesai, tapi nikmat prosesnya wadidaw menguras tenaga, pikiran, waktu dan lainnya jugaa. Bagi yang sedang skripsi/tesis semangat yaa! Break a leg!















Comments

Post a Comment

I don't hate comments :)

Popular Posts

Authorship dan Etika Kontribusi: Sebuah Refleksi Pribadi dari Mahasiswa Doktoral

Image
Baru-baru ini aku sedang menyusun sebuah draft opinion paper yang bersumber dari esai ujian komprehensifku yang mana proses penyusunannya dilakukan berbulan-bulan. Paper ini mendapat respons positif dari pembimbing dan komite doktoralku, sehingga mereka menyarankan agar segera aku submit ke jurnal ilmiah. Ketika diskusi soal pengiriman paper ini berlangsung, advisorku bertanya: “Apakah semua anggota komite mau dicantumkan sebagai co-author ? Tanyakan dulu, karena tidak semua merasa nyaman namanya muncul jika merasa kontribusinya tidak signifikan.” Kemudian beliau menjelaskan bahwa menurut APA Publishing Policies , konsep authorship mengikuti prinsip contributorship . Ini artinya, authorship bukan hanya untuk mereka yang menulis, tetapi juga bagi siapa pun yang memberi kontribusi ilmiah substansial, seperti: Konseptualisasi ide dan tujuan penelitian, Mendesain metodologi atau pendekatan penelitian, Melakukan analisis formal yang signifikan, Berpartisipasi aktif dalam pen...
Read more

Tahun Ketiga PhD: Antara Tidak Terasa dan Terasa Banget

Image
Tidak terasa (eh, kadang terasa juga ding 😅) perjalananku sebagai mahasiswa PhD kini resmi genap tiga tahun. Aku menutup tahun ini dengan menyelesaikan doctoral exam tahap dua (dari total tiga tahap di programku). Ujian ini tidak main-main. Untuk bisa menyusun jawabannya, aku harus membaca minimal 100 artikel ilmiah, baik jurnal maupun buku, yang menjadi dasar teoritis dan metodologis topik disertasiku. Bukan karena apa, tapi itu syaratnya. Kalau tahap pertama namanya Qualifying Exam/Exam Candidacy untuk menilai apakah kita layak menjadi PhD Candidate atau tidak. Tapi ini akan berbeda ya ntah penamaan ujiannya dan juga proses ada berapa tahapan yang harus dilalui (jadi wajib hukumnya kamu baca handbook program yang mau dipilih). Sedikit gambaran, program PhD di Amerika Serikat itu cukup berbeda dari banyak negara lain seperti Indonesia, Jepang, Belanda, atau Inggris. Di sini, mahasiswa PhD wajib menjalani kuliah di kelas ( coursework ) selama dua tahun pertama, bukan langsung ris...
Read more

Dari Mean ke Multilevel SEM: Sebuah Perjalanan Pendewasaan Berpikir Ilmiah

Image
Dulu, ketika aku pertama kali belajar statistik dan analisis data, pendekatan yang kupahami masih sangat tradisional. Misalnya, jika aku ingin mengetahui apakah stres berkaitan dengan fungsi kognitif, maka aku cukup menghitung rata-rata (mean) skor stres dan kognisi setiap orang, lalu yaudah, ambil dua variabel, cari korelasinya. Kalau ada grup berbeda? Pake ANOVA. Mau prediksi? Linear regression. Simple. Logis. Rasanya cukup buat "menjelaskan hubungan antar variabel". Tapi ternyata, makin banyak belajar, makin kerasa: dunia ini lebih kompleks daripada sekadar rata-rata. Dan hasil penelitian bisa misleading kalau kita cuma ngandelin between-person analysis atau data yang dirata-ratain aja. Apalagi kalau kita bicara soal perasaan , kognisi , dan perilaku sehari-hari —nggak sesederhana itu. Makin aku mendalami metode kuantitatif, makin sadar bahwa mean-level analysis atau between-person comparisons itu nggak cukup buat memahami bagaimana proses psikologis bekerja " da...
Read more