My Fulbright Scholarship Story - Bagian II

***Disclaimer: This blog is neither an official representative of Fulbright Program nor the US Department of State. All of the information is based on personal experiences of the writer. Please refer to AMINEF’s official website for updated and further information especially for Fulbright program in Indonesia.




Halo halooo!

Oke, di bagian kedua ini aku akan berbagi tentang lanjutan dari proses seleksi Fulbright Scholarship.
Tahap wawancara merupakan tahap yang krusial setelah proses seleksi berkas dalam seleksi beasiswa Fulbright. Saat menerima email pemberitahuan kelulusan untuk mengikuti wawancara, tentu saja perasaan ini penuh kegembiraan dan antusiasme. Proses wawancara ini memberikan kesempatan pada calon penerima beasiswa untuk meyakinkan pihak pemberi beasiswa secara langsung bahwa kita layak mendapatkan beasiswa tersebut. Oleh karena itu, persiapan yang matang sangat diperlukan. To be honest, aku memang sudah mempersiapkan daftar pertanyaan yang mungkin akan muncul dan drafting jawabannya setelah proses seleksi berkas (ya walaupun belum tahu akan lolos ke tahap wawancara atau tidak but it helps!).

Berdasarkan pengalaman pribadi dan cerita teman-teman, durasi wawancara bisa berkisar antara 45 hingga 60 menit tapi percayalah akan terasa sangat cepat. Proses wawancara melibatkan beberapa panelis (3-4 orang) yang merupakan bagian dari Fulbright community. Panelis terdiri dari staf AMINEF (penanggung jawab beasiswa Fulbright di Indonesia), alumni Fulbright baik dari dalam maupun luar negeri (waktu itu kalau tidak salah keduanya alumni program doktoral), dan panelis yang ahli dalam bidang studi yang menjadi tujuan kita.

Kalau ditanya tips dan triknya apa, aku rasa akan sama aja dengan proses wawancara seleksi beasiswa lain yaitu:

1. Persiapan yang matang adalah koentji
Ini betul-betul berdampak banget. Kalau kita siap pasti akan lebih tidak gugup dalam menjawab pertanyaan panelis karena minimal kita sudah latihan. Setelah aku membuat list pertanyaan yang potentially akan ditanyakan beserta jawaban yang kira-kira oke, aku coba untuk latihan di depan kaca seolah-olah sedang dalam proses wawancara betulan. Boleh menggunakan timer. Melalui cara ini kita bisa juga mengukur seberapa lancar pace kita dalam menjawab pertanyaan panelis. Tidak terlalu cepat, juga tidak terlalu lambat. Lalu apa saja sih kira-kira daftar pertanyaannya?

2. Kamu bisa mulai dengan perkenalan diri yang singkat padat (pilih hal-hal yang menjadi kekuatan kamu), kemudian sampaikan alasan mengapa ingin menjadi Fulbrighter? Kenapa harus ke Amerika? Nah ini aku coba jelaskan berdasarkan kota/states yang aku pilih. Aku paparkan alasan-alasan mengapa aku memilih kampus dan states tersebut seperti dari segi keamanannya, kebersihan, rural vs urban, atau mungkin akses terhadap komunitas tertentu misalnya. Ini bener-bener personalized yaa karena pasti alasan tiap individu berbeda.
Lalu temukan relevansi program studi yang dituju dan resource yang ditawarkan oleh kampus-kampus yang ada di Amerika. 

3. Kuasai CV diri sendiri seperti pengalaman kerja, organisasi, dan current activities kamu apa.
Panelis akan mencoba menkonfirmasi dan menanyakan lebih lanjut hal-hal yang menarik bagi mereka jadi kamu harus bisa memberikan jawaban yang impressive! pilih diksi yang bagus juga helps a lot!

4. Kuasai study objective dan essay-essay yang sudah aku sebutkan di tulisan bagian I yaa. Hal ini penting sekali terlebih bagi pendaftar program Doktoral. Kita harus yakin dalam menjelaskan rencana penelitian dan apakah kampus di sana bisa memberikan resource untuk mencapai tujuan penelitian kita tersebut. Kemudian juga tunjukkan kalau kamu sudah membaca beberapa courseworks yang ditawarkan oleh kampus-kampus yang ingin kamu tuju. Kemudian nama-nama professor yang potensial akan membimbing kamu juga. Ini menandakan bahwa kamu memang sudah memiliki persiapan yang cukup.

5. Selain itu, berdasarkan pengalaman teman-teman yang lainnya, ada juga yang ditanya terkait soal kira-kira apa cultural exchange yang bisa dilakukan di sana. tapi waktu itu aku engga, lebih ditanya soal plan penelitian.

6. Kemudian, panelis juga biasanya bertanya tentang apakah masalah yang pernah kamu hadapi dan bagaimana cara kamu menyelesaikannya. Ini untuk memastikan bahwa kamu punya problem solving dan decision making yang baik. 

7. Last but not least, panelis juga akan bertanya tentang rencana kamu setelah menyelesaikan program. In my case, karena aku sudah menjadi dosen tetap di sebuah PTN jadi ya setelah menyelesaikan studi sudah pasti akan kembali mengabdi. Jawaban ini akan berbeda juga pada teman-teman yang sebelumnya memiliki pekerjaan yang masih belum permanen. 

Secara garis besar hal-hal di atas yang perlu kamu persiapakan yaa. Kamu juga bisa mencari sumber lain untuk mendapatkan kisi-kisi pertanyaan selain yang sudah tersebutkan di atas agar persiapannya lebih matang. Oya, jangan tidur malam sebelum wawancara keesokan harinya yaa biar ga buyar fokusnya karena ngantuk. Good luck!

Comments

Popular Posts

Authorship dan Etika Kontribusi: Sebuah Refleksi Pribadi dari Mahasiswa Doktoral

Tahun Ketiga PhD: Antara Tidak Terasa dan Terasa Banget

Dari Mean ke Multilevel SEM: Sebuah Perjalanan Pendewasaan Berpikir Ilmiah