Kartolo CS: Dari sejak SD

Semalam tidur saya nyenyak sekali. Mungkin gara-gara semalam sebelum tidur saya ditemani oleh lawakan Kartolo CS yang sedang diputar di Radio RRI. hehehe
Saya mulai mendengarkan dan menjadi penikmat lawakan Kartolo CS sejak saya duduk di bangku kelas 5 SD. Jadi dulu ceritanya handphone kan barang yang masih asing, jadi ya hiburan saya dulu adalah sebuah radio portable mini yang masih pakai baterai. Warnanya pink dan ada headset nya, namun sekarang sudah rusak. Dengan radio mini tersebut saya tumbuh, selama hampir 3 tahun radio mini tersebut menemani saya mengerjakan PR, bersih-bersih, dan sesaat sebelum tidur (ah kangennya saya dengan masa itu). Pokoknya lagu-lagu di radio hafal deh, chart lagu-lagu peringkat berapa juga hafaal. Sampai sekarang saya juga masih sering mendengarkan radio.


Ok, back to Kartolo CS.

Kartolo CS ini merupakan sekelompok pemain ludruk favorit saya karena berhasil mengocok perut saya dengan guyonannya. Ludruk sendiri merupakan kesenian khas Jawa Timur yang kebanyakan dari kita pernah melihatnya tampil di pentas seni atau acara hajatan. Jadi gaperlu ditanya ya bahasa yang dipakai ya jelas bahasa jawa yang kenthel, lek ra medok ra kepenak. Mengambil cerita tentang kehidupan sehari-hari, cerita perjuangan rakyat, dan kritikan terhadap pemerintah, ludruk berhasil mendapatkan satu tempat di hati penikmatnya (salah satunya saya). Dialognya menggunakan bahasa yang ringan sehingga mudah diserap oleh semua kalangan. Kartolo bersama dengan Basman, Sapari, Sokran, Blonthang, Marlena, dan Tini memiliki karakter sendiri. Kartolo yang cerdas dan sering "ngakali" pemain lain, Basman yang suka sekali "nyerocos" tanpa henti, Sapari yang juga sering "ngakali" tapi malah jadi korban, Blonthang yang tak kalah ngeyel, Marlena dengan logat maduranya, serta pemain lainnya yang tak kalah lucu.

Ludruk sebagai media bertutur telah memperlihatkan peranannya dalam membangun sebuah forum sosial politik yang penting dan mampu menyajikan komentar atas isu-isu sosial dan identitas lokal sebuah masyarakat pada suatu periode tertentu. Buat yang kangen sama lawakan Kartolo CS bisa dengerin radio RRI yaaa.

Comments

Post a Comment

I don't hate comments :)

Popular Posts

Authorship dan Etika Kontribusi: Sebuah Refleksi Pribadi dari Mahasiswa Doktoral

Image
Baru-baru ini aku sedang menyusun sebuah draft opinion paper yang bersumber dari esai ujian komprehensifku yang mana proses penyusunannya dilakukan berbulan-bulan. Paper ini mendapat respons positif dari pembimbing dan komite doktoralku, sehingga mereka menyarankan agar segera aku submit ke jurnal ilmiah. Ketika diskusi soal pengiriman paper ini berlangsung, advisorku bertanya: “Apakah semua anggota komite mau dicantumkan sebagai co-author ? Tanyakan dulu, karena tidak semua merasa nyaman namanya muncul jika merasa kontribusinya tidak signifikan.” Kemudian beliau menjelaskan bahwa menurut APA Publishing Policies , konsep authorship mengikuti prinsip contributorship . Ini artinya, authorship bukan hanya untuk mereka yang menulis, tetapi juga bagi siapa pun yang memberi kontribusi ilmiah substansial, seperti: Konseptualisasi ide dan tujuan penelitian, Mendesain metodologi atau pendekatan penelitian, Melakukan analisis formal yang signifikan, Berpartisipasi aktif dalam pen...
Read more

Tahun Ketiga PhD: Antara Tidak Terasa dan Terasa Banget

Image
Tidak terasa (eh, kadang terasa juga ding 😅) perjalananku sebagai mahasiswa PhD kini resmi genap tiga tahun. Aku menutup tahun ini dengan menyelesaikan doctoral exam tahap dua (dari total tiga tahap di programku). Ujian ini tidak main-main. Untuk bisa menyusun jawabannya, aku harus membaca minimal 100 artikel ilmiah, baik jurnal maupun buku, yang menjadi dasar teoritis dan metodologis topik disertasiku. Bukan karena apa, tapi itu syaratnya. Kalau tahap pertama namanya Qualifying Exam/Exam Candidacy untuk menilai apakah kita layak menjadi PhD Candidate atau tidak. Tapi ini akan berbeda ya ntah penamaan ujiannya dan juga proses ada berapa tahapan yang harus dilalui (jadi wajib hukumnya kamu baca handbook program yang mau dipilih). Sedikit gambaran, program PhD di Amerika Serikat itu cukup berbeda dari banyak negara lain seperti Indonesia, Jepang, Belanda, atau Inggris. Di sini, mahasiswa PhD wajib menjalani kuliah di kelas ( coursework ) selama dua tahun pertama, bukan langsung ris...
Read more

Dari Mean ke Multilevel SEM: Sebuah Perjalanan Pendewasaan Berpikir Ilmiah

Image
Dulu, ketika aku pertama kali belajar statistik dan analisis data, pendekatan yang kupahami masih sangat tradisional. Misalnya, jika aku ingin mengetahui apakah stres berkaitan dengan fungsi kognitif, maka aku cukup menghitung rata-rata (mean) skor stres dan kognisi setiap orang, lalu yaudah, ambil dua variabel, cari korelasinya. Kalau ada grup berbeda? Pake ANOVA. Mau prediksi? Linear regression. Simple. Logis. Rasanya cukup buat "menjelaskan hubungan antar variabel". Tapi ternyata, makin banyak belajar, makin kerasa: dunia ini lebih kompleks daripada sekadar rata-rata. Dan hasil penelitian bisa misleading kalau kita cuma ngandelin between-person analysis atau data yang dirata-ratain aja. Apalagi kalau kita bicara soal perasaan , kognisi , dan perilaku sehari-hari —nggak sesederhana itu. Makin aku mendalami metode kuantitatif, makin sadar bahwa mean-level analysis atau between-person comparisons itu nggak cukup buat memahami bagaimana proses psikologis bekerja " da...
Read more