Selamat Jalan, Bu Neila...
Bulan Oktober 2019, bulan yang ditunggu karena bulan ini saya wisuda. Persiapan wisuda juga ga terlalu ribet, sederhana saja. Kebetulan emang kurang persiapan karena berbarengan dengan rangkaian jadwal seleksi penerimaan Calon Dosen UGM. Perhatian saya terbagi karena harus mempersiapkan tes tahap akhir yaitu SKB/ Seleksi Kompetensi Bidang selama dua hari. Tes SKB tersebut diadakan tanggal 22 dan 23 Oktober (Hari Wisuda) dan sudah jelas panik, gimana ceritanya seleksi sambil urus wisuda. Alhasil ga ikut gladhi resik wisuda universitas. Oke, part ini akan dibuatin post sendiri.
Nah, sehari sebelum wisuda tiba-tiba ada yang memberi kabar bahwa Bu Neila meninggal dunia. Awalnya masih ngira salah baca tetapi kemudian kabar tersebut terkonfirmasi dan beberapa orang juga akhirnya bertanya kepada saya. Gemeter dan ga percaya, itu respon pertama yang dirasain. Baru kemarin malamnya kami saling bercakap di WA untuk janjian bertemu membahas sebuah project dan masih sempat bercanda. Bener-bener kaget dan rasanya campur aduk. Satu sisi juga capek dengan rangkaian seleksi Dosen UGM yang masih harus saya ikuti dan berbarengan dengan wisuda.
Pemakaman beliau dilakukan setelah prosesi wisuda selesai tetapi saya tidak bisa hadir karena harus lanjut tes dan juga ada keluarga saya di Jogja. Kebayang nggak rasanya?
Pemakaman beliau dilakukan setelah prosesi wisuda selesai tetapi saya tidak bisa hadir karena harus lanjut tes dan juga ada keluarga saya di Jogja. Kebayang nggak rasanya?
Kehilangan sudah pasti. Dua semester menjadi asisten beliau membuat saya merasa dekat dengan beliau. Beliau selalu memberikan semangat dengan caranya sendiri. Kadang dibilang galak sama temen-temen mahasiswa lainnya tetapi memang begitu style beliau, kalau sesuatu kurang bagus ya dibilang kurang bagus. Beliau selalu encouraging mahasiswanya untuk selalu mau belajar banyak hal dan juga kreatif serta mampu melihat peluang. Ketika kami mengajar bersama di kelas Psikologi IUP/International Undergraduate Program, beliau selalu memberikan saya ruang untuk mengasah kemampuan mengajar dan berbagi apa yang sudah saya pelajari. Selain itu, beliau juga sering mengajak untuk mengerjakan project dan beliau juga yang merekomendasikan saya untuk membantu Bu Avin F Helmi yang kala itu menjabat sebagai Wakil Dekan Fakultas Psikologi UGM dan hendak melakukan sebuah penelitian. Sangat senang ketika diberikan kesempatan untuk belajar dan mendapatkan pengalaman. Bu Neila juga selalu mengajak saya untuk terlibat dalam acara-acara yang diselenggarakan untuk mahasiswa S3 agar saya juga dapat ilmu katanya.
Sebelumnya, di bulan Agustus, kami juga sempat terlibat dalam project mindfulness yang beliau lakukan. Beliau ingin membuat sebuah modul dan video praktik mindfulness. Saat itu, kami bersama-sama dengan beberapa teman lainnya menjadi model dalam video praktik mindfulness tersebut dan menginap di Griya Persada Convention Hotel & Resort, Kaliurang. Kegiatan tersebut dilakukan selama 2 hari dan sangat fun sekali. Dari situ saya jadi tahu, beliau yang sangat suka kopi ini ternyata suka menonton acara dangdut yang disiarkan di salah satu stasiun televisi.
Sebelum tutup usia, beliau sempat mendapatkan penghargaan sebagai Pendidik Berprestasi UGM Tahun 2019. Sangat membanggakan. Sekarang beliau sudah tenang di sisi Nya. Semoga amal ibadah beliau diterima, kebaikannya selalu terkenang, ilmu yang diajarkan bermanfaat bagi kami yang mengenalnya. Saya yakin banyak yang mendoakan beliau karena kebaikannya dan karena apa-apa yang sudah beliau berikan untuk kami. Seperti yang dikatakan oleh Ernest Hemingway,
“Every man’s life ends the same way. It is only the details of how he lived and how he died that distinguish one man from another.”
(ulang tahun Bu Neila)
Comments
Post a Comment
I don't hate comments :)