Manusia.

Salah ya memang tempatnya. Selalu merasa kurang ini dan itu ya memang sifatnya. Minta lebih ya hobinya. Manusia.

Saya juga sama. Manusia. Belum lama juga saya hidup, tapi mendengar dan melihat cerita-cerita manusia lainnya lumayan cukup untuk membuat saya belajar dan memahami manusia. Ya mungkin sudah konsekuensi keilmuan saya, memahami manusia dari proses otak sampai perilaku tampaknya. Tidak ada bosannya karena setiap hari selalu menemukan yang baru-baru. Kadang ada yang normal-normal saja, beberapa juga ada yang cirinya terlampir di buku PPDGJ/DSM. Kaget sama yang namanya manusia? Ya kadang-kadang banyak seringnya. Seru juga kaget sama spesies sendiri. ehe. Kuat-kuatin.

Kalo dilihat seperti klasifikasi berdasarkan warna-warna seperti kata orang-orang, ya ada yang banyak putihnya, ada yang abu-abu, yang banyak hitamnya juga ada. Yang baik ya ada buruknya, seburuk-buruknya ya ada baiknya. sak elek-elek e wong ono apik e. Bikin kesalahan dan pernah jadi buruk ya wajar, ya namanya manusia.

Hmm tapi kelihatannya lebih banyak dari kita yang kalo sudah salah masih ingin salah lagi. Agak halusnya, suka khilaf. Ya kan manusiawi to? katanya. Sebenarnya ya salah-salah itu wajar, tapi kalo dijadikan hobi ya jangan. Yang menakutkan itu, kalo sudah tidak bisa lagi sadar diri sudah salah tanpa memperbaikinya, lebih-lebih lagi membenarkan yang salah. Eh tapi ini bukan acara mamah dedeh. Cuma nulis aja. Ya memang berat menjadi manusia tapi gapapa.


-Yogyakarta, 2019

Comments

Popular Posts

Authorship dan Etika Kontribusi: Sebuah Refleksi Pribadi dari Mahasiswa Doktoral

Tahun Ketiga PhD: Antara Tidak Terasa dan Terasa Banget

Dari Mean ke Multilevel SEM: Sebuah Perjalanan Pendewasaan Berpikir Ilmiah